Minggu, 19 Mei 2013

Siapakah Wahhabi ???

23 Juni 2008
18 Jumadil
Akhir 1429 H
www.wahonot.wordpress.com
Al Ghuroba’ meniti jejak generasi terbaik
1
Siapakah Wahhabi ???
Oleh:
Al Ustadz Ruwaifi’ Bin Sulaimi Lc.
Pustaka al Bayat
www.wahonot.wordpress.com
23 Juni 2008
18 Jumadil
Akhir 1429 H
www.wahonot.wordpress.com
Al Ghuroba’ meniti jejak generasi terbaik
2
Judul:
Siapakah Wahhabi ???
Oleh:
Al Ustadz Ruwaifi’ Bin Sulaimi Lc.
Pustaka al BAyaty
Silakan memperbanyak isi ebook ini dengan
syarat bukan untuk tujuan komersil, serta menyertakan sumbernya
Kunjungi: http://www.wahonot.wordpress.com
http://www.pustakaalbayaty.wordpress.com
Email: wahonot@yahoo.com
HP: 08121517653/08889594463/085659217364
Serial e‐book # 11
230608
23 Juni 2008
18 Jumadil
Akhir 1429 H
www.wahonot.wordpress.com
Al Ghuroba’ meniti jejak generasi terbaik
3
Siapakah Wahhabi ???
Oleh : Al Ustadz Ruwaifi’ Bin Sulaimi Lc.
Selubung Makar di Balik Julukan Wahhabi
Di negeri kita bahkan hampir di seluruh dunia Islam, ada sebuah fenomena
‘timpang’ dan penilaian ‘miring’ terhadap dakwah tauhid yang dilakukan Asy‐
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab At‐Tamimi An‐Najdi rahimahullahu [1].
Julukan Wahhabi pun dimunculkan, tak lain tujuannya adalah untuk
menjauhkan umat darinya. Dari manakah julukan itu? Siapa pelopornya? Dan
apa rahasia di balik itu semua …?
Para pembaca, dakwah Asy‐Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab merupakan
dakwah pembaharuan terhadap agama umat manusia. Pembaharuan, dari
syirik menuju tauhid dan dari bid’ah menuju As‐Sunnah. Demikianlah misi
para pembaharu sejati dari masa ke masa, yang menapak titian jalan Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabatnya. Fenomena ini membuat
gelisah musuh‐musuh Islam, sehingga berbagai macam cara pun ditempuh
demi hancurnya dakwah tauhid yang diemban Asy‐Syaikh Muhammad bin
Abdul Wahhab dan para pengikutnya. Musuh‐musuh tersebut dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Di Najd dan sekitarnya:
Para ulama suu’ yang memandang al‐haq sebagai kebatilan dan kebatilan
sebagai al‐haq.
23 Juni 2008
18 Jumadil
Akhir 1429 H
www.wahonot.wordpress.com
Al Ghuroba’ meniti jejak generasi terbaik
4
Orang‐orang yang dikenal sebagai ulama namun tidak mengerti tentang
hakekat Asy‐Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan dakwahnya.
Orang‐orang yang takut kehilangan kedudukan dan jabatannya.
(Lihat Tash‐hihu Khatha’in Tarikhi Haula Al‐Wahhabiyyah, karya Dr.
Muhammad bin Sa’ad Asy‐Syuwai’ir hal.90‐91, ringkasan keterangan Asy‐
Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz)
2. Di dunia secara umum:
Mereka adalah kaum kafir Eropa; Inggris, Prancis dan lain‐lain, Daulah
Utsmaniyyah, kaum Shufi, Syi’ah Rafidhah, Hizbiyyun dan pergerakan Islam;
Al‐Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, Al‐Qaeda, dan para kaki tangannya.
Bentuk permusuhan mereka beragam. Terkadang dengan fisik (senjata) dan
terkadang dengan fitnah, tuduhan dusta, isu negatif dan sejenisnya. Adapun
fisik (senjata), maka banyak diperankan oleh Dinasti Utsmani yang
bersekongkol dengan barat (baca: kafir Eropa) –sebelum keruntuhannya–.
Demikian pula Syi’ah Rafidhah dan para hizbiyyun. Sedangkan fitnah, tuduhan
dusta, isu negatif dan sejenisnya, banyak dimainkan oleh kafir Eropa melalui
para missionarisnya, kaum shufi, dan tak ketinggalan pula Syi’ah Rafidhah dan
hizbiyyun [2]. Dan ternyata, memunculkan istilah ‘Wahhabi’ sebagai julukan
bagi pengikut dakwah Asy‐Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, merupakan
trik sukses mereka untuk menghempaskan kepercayaan umat kepada dakwah
tauhid tersebut. Padahal, istilah ‘Wahhabi’ itu sendiri merupakan penisbatan
yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Arab. Asy‐Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz
berkata: “Penisbatan (Wahhabi ‐pen) tersebut tidak sesuai dengan kaidah
bahasa Arab. Semestinya bentuk penisbatannya adalah ‘Muhammadiyyah’,
23 Juni 2008
18 Jumadil
Akhir 1429 H
www.wahonot.wordpress.com
Al Ghuroba’ meniti jejak generasi terbaik
5
karena sang pengemban dan pelaku dakwah tersebut adalah Muhammad,
bukan ayahnya yang bernama Abdul Wahhab.” (Lihat Imam wa Amir wa
Da’watun Likullil ‘Ushur, hal. 162)
Tak cukup sampai di situ. Fitnah, tuduhan dusta, isu negatif dan sejenisnya
menjadi sejoli bagi julukan keji tersebut. Tak ayal, yang lahir adalah ‘potret’
buruk dan keji tentang dakwah Asy‐Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab,
yang tak sesuai dengan realitanya. Sehingga istilah Wahhabi nyaris menjadi
momok dan monster yang mengerikan bagi umat. Fenomena timpang ini,
menuntut kita untuk jeli dalam menerima informasi. Terlebih ketika
narasumbernya adalah orang kafir, munafik, atau ahlul bid’ah. Agar kita tidak
dijadikan bulan‐bulanan oleh kejamnya informasi orang‐orang yang tidak
bertanggung jawab itu.
Meluruskan Tuduhan Miring tentang Wahhabi
1. Tuduhan: AsySyaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab adalah seorang
yang mengaku sebagai Nabi [3], ingkar terhadap Hadits nabi [4],
merendahkan posisi Nabi, dan tidak mempercayai syafaat beliau.
Bantahan:
Asy‐Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah seorang yang sangat
mencintai Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hal ini terbukti dengan adanya
karya tulis beliau tentang sirah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, baik
Mukhtashar Siratir Rasul, Mukhtashar Zadil Ma’ad Fi Hadyi Khairil ‘Ibad atau
pun yang terkandung dalam kitab beliau Al‐Ushul Ats‐Tsalatsah.
Beliau berkata: “Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah wafat –
23 Juni 2008
18 Jumadil
Akhir 1429 H
www.wahonot.wordpress.com
Al Ghuroba’ meniti jejak generasi terbaik
6
semoga shalawat dan salam‐Nya selalu tercurahkan kepada beliau–, namun
agamanya tetap kekal. Dan inilah agamanya; yang tidaklah ada kebaikan
kecuali pasti beliau tunjukkan kepada umatnya, dan tidak ada kejelekan
kecuali pasti beliau peringatkan. Kebaikan yang telah beliau sampaikan itu
adalah tauhid dan segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Sedangkan kejelekan yang beliau peringatkan adalah kesyirikan dan
segala sesuatu yang dibenci dan dimurkai Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah
Subhanahu wa Ta’ala mengutus beliau kepada seluruh umat manusia, dan
mewajibkan atas tsaqalain; jin dan manusia untuk menaatinya.” (Al‐Ushul Ats‐
Tsalatsah)
Beliau juga berkata: “Dan jika kebahagiaan umat terdahulu dan yang akan
datang karena mengikuti para Rasul, maka dapatlah diketahui bahwa orang
yang paling berbahagia adalah yang paling berilmu tentang ajaran para Rasul
dan paling mengikutinya. Maka dari itu, orang yang paling mengerti tentang
sabda para Rasul dan amalan‐amalan mereka serta benar‐benar mengikutinya,
mereka itulah sesungguhnya orang yang paling berbahagia di setiap masa dan
tempat. Dan merekalah golongan yang selamat dalam setiap agama. Dan dari
umat ini adalah Ahlus Sunnah wal Hadits.” (Ad‐Durar As‐Saniyyah, 2/21)
Adapun tentang syafaat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau berkata
–dalam suratnya kepada penduduk Qashim–: “Aku beriman dengan syafaat
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliaulah orang pertama yang bisa
memberi syafaat dan juga orang pertama yang diberi syafaat. Tidaklah
mengingkari syafaat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini kecuali ahlul bid’ah
lagi sesat.” (Tash‐hihu Khatha’in Tarikhi Haula Al‐Wahhabiyyah, hal. 118)
23 Juni 2008
18 Jumadil
Akhir 1429 H
www.wahonot.wordpress.com
Al Ghuroba’ meniti jejak generasi terbaik
7
2. Tuduhan: Melecehkan Ahlul Bait
Bantahan:
Beliau berkata dalam Mukhtashar Minhajis Sunnah: “Ahlul Bait Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam mempunyai hak atas umat ini yang tidak dimiliki
oleh selain mereka. Mereka berhak mendapatkan kecintaan dan loyalitas yang
lebih besar dari seluruh kaum Quraisy…” (Lihat ‘Aqidah Asy‐Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab As‐Salafiyyah, 1/446)
Di antara bukti kecintaan beliau kepada Ahlul Bait adalah dinamainya putraputra
beliau dengan nama‐nama Ahlul Bait: ‘Ali, Hasan, Husain, Ibrahim dan
Abdullah.
3. Tuduhan: Bahwa beliau sebagai Khawarij, karena telah memberontak
terhadap Daulah ‘Utsmaniyyah. AlImam
AlLakhmi
telah berfatwa bahwa
AlWahhabiyyah
adalah salah satu dari kelompok sesat Khawarij
‘Ibadhiyyah, sebagaimana disebutkan dalam kitab AlMu’rib
Fi Fatawa
Ahlil Maghrib, karya Ahmad bin Muhammad AlWansyarisi,
juz 11.
Bantahan:
Adapun pernyataan bahwa Asy‐Syaikh telah memberontak terhadap Daulah
Utsmaniyyah, maka ini sangat keliru. Karena Najd kala itu tidak termasuk
wilayah teritorial kekuasaan Daulah Utsmaniyyah [5]. Demikian pula sejarah
mencatat bahwa kerajaan Dir’iyyah belum pernah melakukan upaya
pemberontakan terhadap Daulah ‘Utsmaniyyah. Justru merekalah yang
berulang kali diserang oleh pasukan Dinasti Utsmani. Lebih dari itu Asy‐Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab mengatakan –dalam kitabnya Al‐Ushulus
Sittah–: “Prinsip ketiga: Sesungguhnya di antara (faktor penyebab)
23 Juni 2008
18 Jumadil
Akhir 1429 H
www.wahonot.wordpress.com
Al Ghuroba’ meniti jejak generasi terbaik
8
sempurnanya persatuan umat adalah mendengar lagi taat kepada pemimpin
(pemerintah), walaupun pemimpin tersebut seorang budak dari negeri
Habasyah.”Dari sini nampak jelas, bahwa sikap Asy‐Syaikh Muhammad bin
Abdul Wahhab terhadap waliyyul amri (penguasa) sesuai dengan ajaran
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan bukan ajaran Khawarij.
Mengenai fatwa Al‐Lakhmi, maka yang dia maksudkan adalah Abdul Wahhab
bin Abdurrahman bin Rustum dan kelompoknya, bukan Asy‐Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya. Hal ini karena tahun
wafatnya Al‐Lakhmi adalah 478 H, sedangkan Asy‐Syaikh Muhammad bin
Abdul Wahhab wafat pada tahun 1206 H /Juni atau Juli 1792 M. Amatlah
janggal bila ada orang yang telah wafat, namun berfatwa tentang seseorang
yang hidup berabad‐abad setelahnya. Adapun Abdul Wahhab bin
Abdurrahman bin Rustum, maka dia meninggal pada tahun 211 H. Sehingga
amatlah tepat bila fatwa Al‐Lakhmi tertuju kepadanya. Berikutnya, Al‐Lakhmi
merupakan mufti Andalusia dan Afrika Utara, dan fitnah Wahhabiyyah
Rustumiyyah ini terjadi di Afrika Utara. Sementara di masa Al‐Lakhmi,
hubungan antara Najd dengan Andalusia dan Afrika Utara amatlah jauh.
Sehingga bukti sejarah ini semakin menguatkan bahwa Wahhabiyyah Khawarij
yang diperingatkan Al‐Lakhmi adalah Wahhabiyyah Rustumiyyah, bukan Asy‐
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya [6].
Lebih dari itu, sikap Asy‐Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab terhadap
kelompok Khawarij sangatlah tegas. Beliau berkata –dalam suratnya untuk
penduduk Qashim–: “Golongan yang selamat itu adalah kelompok pertengahan
antara Qadariyyah dan Jabriyyah dalam perkara taqdir, pertengahan antara
23 Juni 2008
18 Jumadil
Akhir 1429 H
www.wahonot.wordpress.com
Al Ghuroba’ meniti jejak generasi terbaik
9
Murji’ah dan Wa’idiyyah (Khawarij) dalam perkara ancaman Allah Subhanahu
wa Ta’ala, pertengahan antara Haruriyyah (Khawarij) dan Mu’tazilah serta
antara Murji’ah dan Jahmiyyah dalam perkara iman dan agama, dan
pertengahan antara Syi’ah Rafidhah dan Khawarij dalam menyikapi para
shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Lihat Tash‐hihu Khatha’in
Tarikhi Haula Al‐Wahhabiyyah, hal 117). Dan masih banyak lagi pernyataan
tegas beliau tentang kelompok sesat Khawarij ini.
4. Tuduhan: Mengkafirkan kaum muslimin dan menghalalkan darah
mereka.[7]
Bantahan:
Ini merupakan tuduhan dusta terhadap Asy‐Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab, karena beliau pernah mengatakan: “Kalau kami tidak (berani)
mengkafirkan orang yang beribadah kepada berhala yang ada di kubah
(kuburan/ makam) Abdul Qadir Jaelani dan yang ada di kuburan Ahmad Al‐
Badawi dan sejenisnya, dikarenakan kejahilan mereka dan tidak adanya orang
yang mengingatkannya. Bagaimana mungkin kami berani mengkafirkan orang
yang tidak melakukan kesyirikan atau seorang muslim yang tidak berhijrah ke
tempat kami…?! Maha suci Engkau ya Allah, sungguh ini merupakan kedustaan
yang besar.” (Muhammad bin Abdul Wahhab Mushlihun Mazhlumun Wa
Muftara ‘Alaihi, hal. 203)
5. Tuduhan: Wahhabiyyah adalah madzhab baru dan tidak mau
menggunakan kitabkitab
empat madzhab besar dalam Islam.[8]
23 Juni 2008
18 Jumadil
Akhir 1429 H
www.wahonot.wordpress.com
Al Ghuroba’ meniti jejak generasi terbaik
10
Bantahan:
Hal ini sangat tidak realistis. Karena beliau mengatakan –dalam suratnya
kepada Abdurrahman As‐Suwaidi–: “Aku kabarkan kepadamu bahwa aku –
alhamdulillah– adalah seorang yang berupaya mengikuti jejak Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bukan pembawa aqidah baru. Dan agama yang
aku peluk adalah madzhab Ahlus Sunnah Wal Jamaah yang dianut para ulama
kaum muslimin semacam imam yang empat dan para pengikutnya.” (Lihat
Tash‐hihu Khatha’in Tarikhi Haula Al‐Wahhabiyyah, hal. 75)
Beliau juga berkata –dalam suratnya kepada Al‐Imam Ash‐Shan’ani–:
“Perhatikanlah –semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmatimu– apa yang
ada pada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, para shahabat sepeninggal
beliau dan orang‐orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari
kiamat. Serta apa yang diyakini para imam panutan dari kalangan ahli hadits
dan fiqh, seperti Abu Hanifah, Malik, Asy‐Syafi’i dan Ahmad bin Hanbal –
semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala meridhai mereka–, supaya engkau bisa
mengikuti jalan/ ajaran mereka.” (Ad‐Durar As‐Saniyyah 1/136)
Beliau juga berkata: “Menghormati ulama dan memuliakan mereka meskipun
terkadang (ulama tersebut) mengalami kekeliruan, dengan tidak menjadikan
mereka sekutu bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, merupakan jalan orang‐orang
yang diberi nikmat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Adapun mencemooh
perkataan mereka dan tidak memuliakannya, maka ini merupakan jalan orangorang
yang dimurkai Allah Subhanahu wa Ta’ala (Yahudi).” (Majmu’ah Ar‐
Rasa’il An‐Najdiyyah, 1/11‐12. Dinukil dari Al‐Iqna’, karya Asy‐Syaikh
Muhammad bin Hadi Al‐Madkhali, hal.132‐133)
23 Juni 2008
18 Jumadil
Akhir 1429 H
www.wahonot.wordpress.com
Al Ghuroba’ meniti jejak generasi terbaik
11
6. Tuduhan: Keras dalam berdakwah (inkarul munkar)
Bantahan:
Tuduhan ini sangat tidak beralasan. Karena justru beliaulah orang yang sangat
perhatian dalam masalah ini. Sebagaimana nasehat beliau kepada para
pengikutnya dari penduduk daerah Sudair yang melakukan dakwah (inkarul
munkar) dengan cara keras. Beliau berkata: “Sesungguhnya sebagian orang
yang mengerti agama terkadang jatuh dalam kesalahan (teknis) dalam
mengingkari kemungkaran, padahal posisinya di atas kebenaran. Yaitu
mengingkari kemungkaran dengan sikap keras, sehingga menimbulkan
perpecahan di antara ikhwan… Ahlul ilmi berkata: ‘Seorang yang beramar
ma’ruf dan nahi mungkar membutuhkan tiga hal: berilmu tentang apa yang
akan dia sampaikan, bersifat belas kasihan ketika beramar ma’ruf dan nahi
mungkar, serta bersabar terhadap segala gangguan yang menimpanya.’ Maka
kalian harus memahami hal ini dan merealisasikannya. Sesungguhnya
kelemahan akan selalu ada pada orang yang mengerti agama, ketika tidak
merealisasikannya atau tidak memahaminya. Para ulama juga menyebutkan
bahwasanya jika inkarul munkar akan menyebabkan perpecahan, maka tidak
boleh dilakukan. Aku mewanti‐wanti kalian agar melaksanakan apa yang telah
kusebutkan dan memahaminya dengan sebaik‐baiknya. Karena, jika kalian
tidak melaksanakannya niscaya perbuatan inkarul munkar kalian akan
merusak citra agama. Dan seorang muslim tidaklah berbuat kecuali apa yang
membuat baik agama dan dunianya.”(Lihat Muhammad bin Abdul Wahhab, hal.
23 Juni 2008
18 Jumadil
Akhir 1429 H
www.wahonot.wordpress.com
Al Ghuroba’ meniti jejak generasi terbaik
12
176)
7. Tuduhan: Muhammad bin Abdul Wahhab itu bukanlah seorang yang
berilmu. Dia belum pernah belajar dari para syaikh, dan mungkin saja
ilmunya dari setan![9]
Jawaban:
Pernyataan ini menunjukkan butanya tentang biografi Asy‐Syaikh, atau purapura
buta dalam rangka penipuan intelektual terhadap umat.
Bila ditengok sejarahnya, ternyata beliau sudah hafal Al‐Qur’an sebelum
berusia 10 tahun. Belum genap 12 tahun dari usianya, sudah ditunjuk sebagai
imam shalat berjamaah. Dan pada usia 20 tahun sudah dikenal mempunyai
banyak ilmu. Setelah itu rihlah (pergi) menuntut ilmu ke Makkah, Madinah,
Bashrah, Ahsa’, Bashrah (yang kedua kalinya), Zubair, kemudian kembali ke
Makkah dan Madinah. Gurunya pun banyak [10], di antaranya adalah:
Di Najd: Asy‐Syaikh Abdul Wahhab bin Sulaiman [11] dan Asy‐Syaikh Ibrahim
bin Sulaiman [12].
Di Makkah: Asy‐Syaikh Abdullah bin Salim bin Muhammad Al‐Bashri Al‐Makki
Asy‐Syafi’i [13].
Di Madinah: Asy‐Syaikh Abdullah bin Ibrahim bin Saif [14]. Asy‐Syaikh
Muhammad Hayat bin Ibrahim As‐Sindi Al‐Madani [15], Asy‐Syaikh Isma’il bin
Muhammad Al‐Ajluni Asy‐Syafi’i [16], Asy‐Syaikh ‘Ali Afandi bin Shadiq Al‐
Hanafi Ad‐Daghistani [17] , Asy‐Syaikh Abdul Karim Afandi, Asy‐Syaikh
Muhammad Al Burhani, dan Asy‐Syaikh ‘Utsman Ad‐Diyarbakri.
Di Bashrah: Asy‐Syaikh Muhammad Al‐Majmu’i [18]. Di Ahsa’: Asy‐Syaikh
23 Juni 2008
18 Jumadil
Akhir 1429 H
www.wahonot.wordpress.com
Al Ghuroba’ meniti jejak generasi terbaik
13
Abdullah bin Muhammad bin Abdul Lathif Asy‐Syafi’i.
8. Tuduhan: Tidak menghormati para wali Allah, dan hobinya
menghancurkan kubah/ bangunan yang dibangun di atas makam
mereka.
Jawaban:
Pernyataan bahwa Asy‐Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab tidak
menghormati para wali Allah Subhanahu wa Ta’ala, merupakan tuduhan dusta.
Beliau berkata –dalam suratnya kepada penduduk Qashim–: “Aku menetapkan
(meyakini) adanya karamah dan keluarbiasaan yang ada pada para wali Allah
Subhanahu wa Ta’ala, hanya saja mereka tidak berhak diibadahi dan tidak
berhak pula untuk diminta dari mereka sesuatu yang tidak dimampu kecuali
oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.”[19]
Adapun penghancuran kubah/bangunan yang dibangun di atas makam
mereka, maka beliau mengakuinya –sebagaimana dalam suratnya kepada para
ulama Makkah–.[20] Namun hal itu sangat beralasan sekali, karena kubah/
bangunan tersebut telah dijadikan sebagai tempat berdoa, berkurban dan
bernadzar kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sementara Asy‐Syaikh
sudah mendakwahi mereka dengan segala cara, dan beliau punya kekuatan
(bersama waliyyul amri) untuk melakukannya, baik ketika masih di ‘Uyainah
ataupun di Dir’iyyah.
Hal ini pun telah difatwakan oleh para ulama dari empat madzhab.
Sebagaimana telah difatwakan oleh sekelompok ulama madzhab Syafi’i seperti
Ibnul Jummaizi, Azh‐Zhahir At‐Tazmanti dll, seputar penghancuran bangunan
23 Juni 2008
18 Jumadil
Akhir 1429 H
www.wahonot.wordpress.com
Al Ghuroba’ meniti jejak generasi terbaik
14
yang ada di pekuburan Al‐Qarrafah Mesir. Al‐Imam Asy‐Syafi’i sendiri berkata:
“Aku tidak menyukai (yakni mengharamkan) pengagungan terhadap makhluk,
sampai pada tingkatan makamnya dijadikan sebagai masjid.” Al‐Imam An‐
Nawawi dalam Syarhul Muhadzdzab dan Syarh Muslim mengharamkam secara
mutlak segala bentuk bangunan di atas makam. Adapun Al‐Imam Malik, maka
beliau juga mengharamkannya, sebagaimana yang dinukilkan oleh Ibnu Rusyd.
Sedangkan Al‐Imam Az‐Zaila’i (madzhab Hanafi) dalam Syarh Al‐Kanz
mengatakan: “Diharamkan mendirikan bangunan di atas makam.” Dan juga Al‐
Imam Ibnul Qayyim (madzhab Hanbali) mengatakan: “Penghancuran kubah/
bangunan yang dibangun di atas kubur hukumnya wajib, karena ia dibangun di
atas kemaksiatan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Lihat
Fathul Majid Syarh Kitabit Tauhid karya Asy‐Syaikh Abdurrahman bin Hasan
Alusy‐Syaikh, hal.284‐286)
Para pembaca, demikianlah bantahan ringkas terhadap beberapa tuduhan
miring yang ditujukan kepada Asy‐Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
Untuk mengetahui bantahan atas tuduhan‐tuduhan miring lainnya, silahkan
baca karya‐karya tulis Asy‐Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, kemudian
buku‐buku para ulama lainnya seperti:
Ad‐Durar As‐Saniyyah fil Ajwibah An‐Najdiyyah, disusun oleh Abdurrahman
bin Qasim An‐Najdi
Shiyanatul Insan ‘An Waswasah Asy‐Syaikh Dahlan, karya Al‐‘Allamah
Muhammad Basyir As‐Sahsawani Al‐Hindi.
Raddu Auham Abi Zahrah, karya Asy‐Syaikh Shalih bin Fauzan Al‐Fauzan,
demikian pula buku bantahan beliau terhadap Abdul Karim Al‐Khathib.
23 Juni 2008
18 Jumadil
Akhir 1429 H
www.wahonot.wordpress.com
Al Ghuroba’ meniti jejak generasi terbaik
15
Muhammad bin Abdul Wahhab Mushlihun Mazhlumun Wa Muftara ‘Alaihi,
karya Al‐Ustadz Mas’ud An‐Nadwi.
‘Aqidah Asy‐Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab As Salafiyyah, karya Dr.
Shalih bin Abdullah Al‐’Ubud.
Da’watu Asy‐Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Bainal Mu’aridhin wal
Munshifin wal Mu’ayyidin, karya Asy‐Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu, dan
sebagainya.
Barakah Dakwah AsySyaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab
Dakwah Asy‐Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab merupakan dakwah yang
penuh barakah. Buahnya pun bisa dirasakan hampir di setiap penjuru dunia
Islam, bahkan di dunia secara keseluruhan.
Di Jazirah Arabia [21]
Di Jazirah Arabia sendiri, pengaruhnya luar biasa. Berkat dakwah tauhid ini
mereka bersatu yang sebelumnya berpecah belah. Mereka mengenal tauhid,
ilmu dan ibadah yang sebelumnya tenggelam dalam penyimpangan, kebodohan
dan kemaksiatan. Dakwah tauhid juga mempunyai peran besar dalam
perbaikan akhlak dan muamalah yang membawa dampak positif bagi Islam itu
sendiri dan bagi kaum muslimin, baik dalam urusan agama ataupun urusan
dunia mereka. Berkat dakwah tauhid pula tegaklah Daulah Islamiyyah (di
Jazirah Arabia) yang cukup kuat dan disegani musuh, serta mampu
menyatukan negeri‐negeri yang selama ini berseteru di bawah satu bendera.
Kekuasaan Daulah ini membentang dari Laut Merah (barat) hingga Teluk Arab
(timur), dan dari Syam (utara) hingga Yaman (selatan), daulah ini dikenal
23 Juni 2008
18 Jumadil
Akhir 1429 H
www.wahonot.wordpress.com
Al Ghuroba’ meniti jejak generasi terbaik
16
dalam sejarah dengan sebutan Daulah Su’udiyyah I. Pada tahun 1233 H/1818
M daulah ini diporak‐porandakan oleh pasukan Dinasti Utsmani yang dipimpin
Muhammad ‘Ali Basya. Pada tahun 1238 H/1823 M berdiri kembali Daulah
Su’udiyyah II yang diprakarsai oleh Al‐Imam Al‐Mujahid Turki bin Abdullah bin
Muhammad bin Su’ud, dan runtuh pada tahun 1309 H/1891 M. Kemudian pada
tahun 1319 H/1901 M berdiri kembali Daulah Su’udiyyah III yang diprakarsai
oleh Al‐Imam Al‐Mujahid Abdul ‘Aziz bin Abdurrahman bin Faishal bin Turki
Alu Su’ud. Daulah Su’udiyyah III ini kemudian dikenal dengan nama Al‐
Mamlakah Al‐’Arabiyyah As‐Su’udiyyah, yang dalam bahasa kita biasa disebut
Kerajaan Saudi Arabia. Ketiga daulah ini merupakan daulah percontohan di
masa ini dalam hal tauhid, penerapan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan syariat Islam, keamanan, kesejahteraan dan perhatian terhadap
urusan kaum muslimin dunia (terkhusus Daulah Su’udiyyah III). Untuk
mengetahui lebih jauh tentang perannya, lihatlah kajian utama edisi
ini/Barakah Dakwah Tauhid.
Di Dunia Islam [22]
Dakwah tauhid Asy‐Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab merambah dunia
Islam, yang terwakili pada Benua Asia dan Afrika, barakah Allah Subhanahu wa
Ta’ala pun menyelimutinya. Di Benua Asia dakwah tersebar di Yaman, Qatar,
Bahrain, beberapa wilayah Oman, India, Pakistan dan sekitarnya, Indonesia,
Turkistan, dan Cina. Adapun di Benua Afrika, dakwah Tauhid tersebar di Mesir,
Libya, Al‐Jazair, Sudan, dan Afrika Barat. Dan hingga saat ini dakwah terus
berkembang ke penjuru dunia, bahkan merambah pusat kekafiran Amerika
dan Eropa.
23 Juni 2008
18 Jumadil
Akhir 1429 H
www.wahonot.wordpress.com
Al Ghuroba’ meniti jejak generasi terbaik
17
Pujian Ulama Dunia terhadap Asy‐Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan
Dakwah Beliau
Pujian ulama dunia terhadap Asy‐Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan
dakwahnya amatlah banyak. Namun karena terbatasnya ruang rubrik,
cukuplah disebutkan sebagiannya saja.[23]
1. Al‐Imam Ash‐Shan’ani (Yaman).
Beliau kirimkan dari Shan’a bait‐bait pujian untuk Asy‐Syaikh Muhammad bin
Abdul Wahhab dan dakwahnya. Bait syair yang diawali dengan:
Salamku untuk Najd dan siapa saja yang tinggal sana. Walaupun salamku dari
kejauhan belum mencukupinya.
2. Al‐Imam Asy‐Syaukani rahimahullahu (Yaman). Ketika mendengar wafatnya
Asy‐Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, beliau layangkan bait‐bait pujian
terhadap Asy‐Syaikh dan dakwahnya. Di antaranya:
Telah wafat tonggak ilmu dan pusat kemuliaan. Referensi utama para
pahlawan dan orang‐orang mulia. Dengan wafatnya, nyaris wafat pula ilmuilmu
agama. Wajah kebenaran pun nyaris lenyap ditelan derasnya arus sungai.
3. Muhammad Hamid Al‐Fiqi (Mesir). Beliau berkata: “Sesungguhnya amalan
dan usaha yang beliau lakukan adalah untuk menghidupkan kembali semangat
beramal dengan agama yang benar dan mengembalikan umat manusia kepada
apa yang telah ditetapkan dalam Al‐Qur’an…. dan apa yang dibawa Rasulullah
23 Juni 2008
18 Jumadil
Akhir 1429 H
www.wahonot.wordpress.com
Al Ghuroba’ meniti jejak generasi terbaik
18
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta apa yang diyakini para shahabat, para tabi’in
dan para imam yang terbimbing.”
4. Dr. Taqiyuddin Al‐Hilali (Irak). Beliau berkata: “Tidak asing lagi bahwa Al‐
Imam Ar‐Rabbani Al‐Awwab Muhammad bin Abdul Wahhab, benar‐benar telah
menegakkan dakwah tauhid yang lurus. Memperbaharui (kehidupan umat
manusia) seperti di masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para
shahabatnya. Dan mendirikan daulah yang mengingatkan umat manusia
kepada daulah di masa Al‐Khulafa’ Ar‐Rasyidin.”
5. Asy‐Syaikh Mulla ‘Umran bin ‘Ali Ridhwan (Linjah, Iran). Beliau –ketika
dicap sebagai Wahhabi– berkata:
Jikalau mengikuti Ahmad dicap sebagai Wahhabi. Maka kutegaskan bahwa aku
adalah Wahhabi. Kubasmi segala kesyirikan dan tiadalah ada bagiku Rabb
selain Allah Dzat Yang Maha Tunggal lagi Maha Pemberi.
6. Asy‐Syaikh Ahmad bin Hajar Al‐Buthami (Qatar). Beliau berkata:
“Sesungguhnya Asy‐Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab An‐Najdi adalah
seorang da’i tauhid, yang tergolong sebagai pembaharu yang adil dan
pembenah yang ikhlas bagi agama umat.”
7. Al ‘Allamah Muhammad Basyir As‐Sahsawani (India). Kitab beliau Shiyanatul
Insan ‘An Waswasah Asy‐Syaikh Dahlan, sarat akan pujian dan pembelaan
terhadap Asy‐Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan dakwahnya.
8. Asy‐Syaikh Muhammad Nashiruddin Al‐Albani (Syam). Beliau berkata: “Dari
apa yang telah lalu, nampaklah kedengkian yang sangat, kebencian durjana,
23 Juni 2008
18 Jumadil
Akhir 1429 H
www.wahonot.wordpress.com
Al Ghuroba’ meniti jejak generasi terbaik

19
dan tuduhan keji dari para penjahat (intelektual) terhadap Al‐Imam Al
Mujaddid Asy‐Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab –semoga Allah
Subhanahu wa Ta’ala merahmatinya dan mengaruniainya pahala–, yang telah
mengeluarkan manusia dari gelapnya kesyirikan menuju cahaya tauhid yang
murni…”
9. Ulama Saudi Arabia. Tak terhitung banyaknya pujian mereka terhadap Asy‐
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan dakwahnya, turun‐temurun sejak
Asy‐Syaikh masih hidup hingga hari ini.
Penutup
Akhir kata, demikianlah sajian kami seputar Wahhabi yang menjadi momok di
Indonesia pada khususnya dan di dunia Islam pada umumnya. Semoga sajian
ini dapat menjadi penerang di tengah gelapnya permasalahan, dan pembuka
cakrawala berfikir untuk tidak berbicara dan menilai kecuali di atas pijakan
ilmu.
Wallahu a’lam bish‐shawab.
[1] Biografi beliau bisa dilihat pada Majalah Asy Syari’ah, edisi 21, hal. 71.
[2] Untuk lebih rincinya lihat kajian utama edisi ini/Musuh‐musuh Dakwah Tauhid.
[3] Sebagaimana yang dinyatakan Ahmad Abdullah Al‐Haddad Baa ‘Alwi dalam kitabnya
Mishbahul Anam, hal. 5‐6 dan Ahmad Zaini Dahlan dalam dua kitabnya Ad‐Durar As‐
Saniyyah Firraddi ‘alal Wahhabiyyah, hal. 46 dan Khulashatul Kalam, hal. 228‐261.
[4] Sebagaimana dalam Mishbahul Anam.
23 Juni 2008
18 Jumadil
Akhir 1429 H
www.wahonot.wordpress.com
Al Ghuroba’ meniti jejak generasi terbaik
20
[5] Sebagaimana yang diterangkan pada kajian utama edisi ini/Hubungan Najd dengan
Daulah Utsmaniyyah.
[6] Untuk lebih rincinya bacalah kitab Tash‐hihu Khatha’in Tarikhi Haula Al‐Wahhabiyyah,
karya Dr. Muhammad bin Sa’ad Asy‐Syuwai’ir.
[7] Sebagaimana yang dinyatakan Ibnu ‘Abidin Asy‐Syami dalam kitabnya Raddul Muhtar,
3/3009.
[8]Termaktub dalam risalah Sulaiman bin Suhaim.
[9]Tuduhan Sulaiman bin Muhammad bin Suhaim, Qadhi Manfuhah.
[10]Lihat ‘Aqidah Asy‐Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab As‐Salafiyyah, 1/143‐171.
[11] Ayah beliau, dan seorang ulama Najd yang terpandang di masanya dan hakim di
‘Uyainah.
[12] Paman beliau, dan sebagai hakim negeri Usyaiqir.
[13] Hafizh negeri Hijaz di masanya.
[14] Seorang faqih terpandang, murid para ulama Madinah sekaligus murid Abul Mawahib
(ulama besar negeri Syam). Asy‐Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab mendapatkan ijazah
dari guru beliau ini untuk meriwayatkan, mempelajari dan mengajarkan Shahih Al‐Bukhari
dengan sanadnya sampai kepada Al‐Imam Al‐Bukhari serta syarah‐syarahnya, Shahih
Muslim serta syarah‐syarahnya, Sunan At‐Tirmidzi dengan sanadnya, Sunan Abi Dawud
dengan sanadnya, Sunan Ibnu Majah dengan sanadnya, Sunan An‐Nasa‘i Al‐Kubra dengan
sanadnya, Sunan Ad‐Darimi dan semua karya tulis Al‐Imam Ad‐Darimi dengan sanadnya,
Silsilah Al‐‘Arabiyyah dengan sanadnya dari Abul Aswad dari ‘Ali bin Abi Thalib, semua buku
Al‐Imam An‐Nawawi, Alfiyah Al‐’Iraqi, At‐Targhib Wat Tarhib, Al‐Khulashah karya Ibnu
Malik, Sirah Ibnu Hisyam dan seluruh karya tulis Ibnu Hisyam, semua karya tulis Al‐Hafizh
Ibnu Hajar Al‐’Asqalani, buku‐buku Al‐Qadhi ‘Iyadh, buku‐buku qira’at, kitab Al‐Qamus
dengan sanadnya, Musnad Al‐Imam Asy‐Syafi’i, Muwaththa’ Al‐Imam Malik, Musnad Al‐
Imam Ahmad, Mu’jam Ath‐Thabrani, buku‐buku As‐Suyuthi dsb.
[15] Ulama besar Madinah di masanya.
[16] Penulis kitab Kasyful Khafa‘ Wa Muzilul Ilbas ‘Amma Isytahara ‘Ala Alsinatin Nas.
23 Juni 2008
18 Jumadil
Akhir 1429 H
www.wahonot.wordpress.com
Al Ghuroba’ meniti jejak generasi terbaik
21
[17] Asy‐Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab bertemu dengannya di kota Madinah dan
mendapatkan ijazah darinya seperti yang didapat dari Asy‐Syaikh Abdullah bin Ibrahim bin
Saif.
[18] Ulama terkemuka daerah Majmu’ah, Bashrah.
[19] Lihat Tash‐hihu Khatha’in Tarikhi Haula Al Wahhabiyyah, hal. 119
[20] Ibid, hal. 76.
[21] Diringkas dari Haqiqatu Da’wah Asy‐Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab wa
Atsaruha Fil ‘Alamil Islami, karya Dr. Muhammad bin Abdullah As‐Salman, yang dimuat
dalam Majallah Al‐Buhuts Al‐Islamiyyah edisi. 21, hal. 140‐145.
[22] Diringkas dari Haqiqatu Da’wah Asy‐Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab wa
Atsaruha Fil ‘Alamil Islami, karya Dr. Muhammad bin Abdullah As Salman, yang dimuat
dalam Majallah Al‐Buhuts Al‐Islamiyyah edisi. 21, hal.146‐149.
[23] Untuk mengetahui lebih luas, lihatlah kitab Da’watu Asy‐Syaikh Muhammad bin ‘Abdul
Wahhab Bainal Mu’aridhin wal Munshifin wal Mu’ayyidin, hal. 82‐90, dan ‘Aqidah Asy‐
Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab As‐Salafiyyah, 2/371‐474.
Sumber: Majalah Asy Syariah
Edisi II/No 22/1427 H/2006
Judul Asli: Siapakah Wahhabi ?
Halaman 5‐11
Sumber artikel :http://www.asysyariah.com/
Silahkan kunjungi :
http://wahonot.wordpress.com

1 komentar:

  1. Blackjack at Mohegan Sun - JamBase
    The 군포 출장마사지 table game that features blackjack from the famous Mohegan 화성 출장안마 Sun resort casino is a 서울특별 출장샵 52-card set of 52 cards and the player may play five 거제 출장샵 numbers 인천광역 출장샵 (three, four, and a

    BalasHapus